Seringkali jika memasak pasta seperti spaghetti, berakhir dengan jumlah pasta yang lebih banyak dibandingkan dengan sausnya. Ini memaksa saya untuk akhirnya menyimpan pasta sisa ini selama berhari-hari di kulkas.Tak terkecuali minggu lalu saat hendak membuat seporsi spaghetti saus udang yang resepnya pernah saya posting di JTT. Ketika sepiring besar pasta telah masuk ke dalam perut hingga seakan rasanya perut ini hendak meledak akibat kekenyangan, ternyata saya masih memiliki banyak sisa spaghetti rebus di panci. Selama empat hari spaghetti ini pun berakhir mendekam di dalam Tupperware di kulkas. Takut si pasta menjadi tidak layak makan, saya pun menyulapnya menjadi spaghetti goreng yang bumbunya mirip dengan mie goreng a la Jawa. Bersama dengan udang, jamur dan daun kangkung, spaghetti goreng ini mantap rasanya dan tak kalah dengan versinya yang terbuat dari mie kuning.
Nah ide resep ini sebenarnya datang dari teman kantor saya, Ani, yang sering sekali membawa bekal sarapan di kantor berupa spaghetti goreng buatan Ibunya yang terkenal sedap. Ternyata ukuran helai spaghetti yang lebih besar dibandingkan mie kuning umumnya, dengan tekstur yang lebih kenyal serta tidak mudah lembek kala dimasak, membuatnya sangat pas jika diolah menjadi mie godhok atau mie goreng a la Indonesia. Mantap!
Angel Hair dengan Saus Seafood
Sebelum lanjut ke resep spaghetti goreng, maka ijinkan saya bercerita sejenak. Berbicara tentang mie goreng, selalu membuat saya teringat dengan masa kuliah di Jogya. Waktu itu saya tinggal di sebuah rumah kos di seputaran jalan Condong Catur, yang dimiliki oleh sepasang suami istri paruh baya. Kecuali masalah si Ibu Kos yang gayanya sedikit sangar dan galak, saya akui rumah kos tersebut cukup menyenangkan untuk ditempati. Bangunannya relatif baru, lokasinya pun strategis dengan harga sewa yang terjangkau oleh budget Bapak saya yang pas-pasan.
Nah ketenaran Ibu Kos dengan kegalakannya sebenarnya seimbang dengan kehebatannya dalam memasak. Saya akui cita rasa makanan buatannya cukup lezat dan pas bagi lidah saya. Dalam satu kesempatan, dan sepertinya merupakan kesempatan satu-satunya, saat putra bungsunya diwisuda maka Ibu Kos pun mengundang kami dalam pesta selamatan sederhana yang diadakan di rumahnya. Untuk memudahkan anda membayangkan bentuknya maka rumah kos ini berbentuk huruf U dengan sebuah ruangan besar di bagian tengah U sebagai tempat tinggal pemilik kos. Dari acara itu saya tahu, masakan andalan beliau adalah fu yung hai, bronkos daging dengan buncis dan mie goreng. Momen makan gratis seperti ini terus terang selalu ditunggu oleh kami semua, para anak kos yang berkantong pas-pasan.
Selama acara berlangsung si Ibu pun berjalan mondar-mandir seakan mengecek porsi makanan di piring kami. Walau rasa-rasanya saya ingin menumpuk mie goreng di piring hingga setinggi gunung Fuji, namun tatapan angker Ibu Kos membuat saya 'jeper' juga. "Bagaimana rasa masakan Ibu"?!Gelegar pertanyaan Ibu Kos membuat saya hampir tersedak sendok. Ibu Kos memang terkenal selalu berbicara dengan suara yang lantang dan keras. Seakan sebuah paduan suara yang kompak maka puja dan puji akan kelezatan masakan beliau ramai-ramai kami tebarkan ke udara. "Wah, masakan Ibu memang tidak ada duanya," atau "Ini fu yung hai terenak yang pernah saya makan Bu," atau "Kalau Ibu buka restoran pasti laris manis!" Pujian setinggi langit ini bukan tanpa maksud, selain membuat kami bisa menambah porsi makan hingga dua kali lipat tanpa risiko dipelototi dan dicap rakus, juga untuk membangun harapan agar diundang lagi dalam acara makan berikutnya, di lain kesempatan yang entah kapan datangnya. ^_^
Ibu Kos pun terlihat tersenyum, dan wajahnya yang selalu merengut mendadak menjadi cerah."Karena kalian suka dengan masakan Ibu, bagaimana kalau Ibu buka warung makan di depan kos? Daripada kalian capek-capek harus beli makan jauh-jauh kan"? Saya langsung berhenti mengunyah dan melirik ke beberapa teman yang duduk tak jauh dari situ. Semua terdiam, tidak tahu harus berkomentar apa tapi saya tahu apa yang berkecamuk di dalam kepala mereka. Tinggal di kos yang pemiliknya membuka warung sama artinya dengan bencana! Karena jika dagangannya tidak dibeli Ibu Kos pasti akan kesal hatinya. Namun kalau harus terus-terusan membeli bagaimana jika mulut ini dilanda rasa bosan akan makanan yang itu-itu saja? Atau harganya lebih mahal dibandingkan warteg tetangga? Benar-benar buah simalakama.
Anyway busway, bulan berikutnya si Ibu pun membuka warung tepat di depan pintu gerbang kos. Menu andalan beliau apalagi kalau bukan mie goreng dan fu yung hai. Hari pertama, minggu pertama dan bulan pertama sejak beliau membuka warung itu kualitas masakannya masih terjaga, variasinya pun lumayan banyak walau kalau dibandingkan dari sisi harga lebih mahal dibandingkan warung lainnya. Bulan kedua, variasi masakan mulai berkurang jauh, beberapa anak kos pun mulai berhenti membeli di warung tetapi saya termasuk yang masih tetap setia walau mulai merasa bosan. Mendekati akhir bulan kedua, mie goreng andalan yang cukup saya sukai mendadak mengalami perubahan. Sayuran yang umum digunakan sebagai campuran mie seperti kol, sawi, dan wortel berubah menjadi bayam. Ibu Kos pun gencar memberikan sosialisasi bahwa mie goreng bayam lebih sedap rasanya dan sehat. Usut punya usut ternyata bayam-bayam yang digunakan adalah bayam kampung yang banyak tumbuh di pelataran halaman kos! Wah ini sih alasan pengehematan, gosip kami setiap kali membicarakan warung kos.
Walau mie bayam buatan Ibu Kos rasanya menurut saya cukup enak namun tekstur bayam yang empuk lama-lama membuat eneg. Puncaknya saat teman kampus saya, Novi, berkunjung ke kamar kos saya, dia menolak mentah-mentah mie goreng bayam yang menjadi andalan warung Ibu Kos."Apaan sih ini Ndang? Mie goreng pakai bayam kayanya gak oke banget rasanya. Aneh"!Komentarnya. "Masa sih Nop"? Gumam saya sambil tetap menyendokkan mie ke dalam mulut. Kadang-kadang indra perasa saya sering tidak berfungsi terutama saat perut terasa lapar, sehingga rasa makanan hanya ada dua: enak dan enak sekali. Entah karena sugesti akibat mendengar pendapat Novi, atau memang saya sudah dalam taraf super eneg, di bulan ketiga saya pun berhenti membeli di warung tersebut. Tampang Ibu Kos yang selalu merengut tampak semakin tidak sedap saat kami berpapasan, namun kami tetap tidak perduli. Di bulan ke-empat warung pun tutup dengan sukses ketika hampir sembilan puluh persen anak-anak kos tidak ada yang membeli di sana. Bagi saya sendiri, ada satu kenangan yang tertinggal di dalam benak setiap kali teringat dengan mie goreng bayam, yaitu rasa eneg yang menyesakkan perut. ^_^
Kembali ke spaghetti goreng yang kali ini saya posting. Menambahkan kangkung ke dalam pasta bukan menjadi maksud saya untuk mengulang memori lama akan mie goreng bayam. Kebetulansekantung kecil kangkung telah lama mendekam di kulkas, selain itu saya suka dengan tekstur kangkung yang cruncy dan 'krenyes-krenyes'. Jika anda penggemar mie kangkung yang cukup terkenal di Jakarta, maka anda pasti tahu bahwa mie dan kangkung merupakan kolaborasi yang sedap. Masakan satu ini terbuat dari mie rebus dengan potongan ayam dan kangkung di dalamnya,saya pernah menampilkan resepnya sebelumnya di JTT, silahkan klik pada link di bawah. Kunci utama memasak kangkung adalah jangan menumisnya terlalu lama hingga kangkung menjadi terlalu lunak. Ketika sayuran ini terlihat layu di dalam tumisan bumbu, segera masukkan spaghetti dan campur dengan baik. Kangkung akan melanjutkan pengempukannya di dalam masakan yang panas.
Selain kangkung saya menggunakan jamur champignon di dalam kaleng, dan udang kupas. Tentu saja bahan-bahan ini tidak pakem, anda bisa menggantinya dengan aneka sayuran di kulkas atau bahkan bayam, jika anda berminat untuk mencobanya. Proteinnya selain udang, anda bisa menggunakan irisan daging ayam, cincangan daging sapi atau aneka seafood lainnya. Selebihnya maka membuat spaghetti goreng ini sangatlah mudah. Berikut resep dan prosesnya ya!
Mie Kangkung - Mie Kuah yang Segar dan Sehat
Spaghetti Goreng dengan Kangkung, Jamur dan Udang
Nah ide resep ini sebenarnya datang dari teman kantor saya, Ani, yang sering sekali membawa bekal sarapan di kantor berupa spaghetti goreng buatan Ibunya yang terkenal sedap. Ternyata ukuran helai spaghetti yang lebih besar dibandingkan mie kuning umumnya, dengan tekstur yang lebih kenyal serta tidak mudah lembek kala dimasak, membuatnya sangat pas jika diolah menjadi mie godhok atau mie goreng a la Indonesia. Mantap!
Angel Hair dengan Saus Seafood
Sebelum lanjut ke resep spaghetti goreng, maka ijinkan saya bercerita sejenak. Berbicara tentang mie goreng, selalu membuat saya teringat dengan masa kuliah di Jogya. Waktu itu saya tinggal di sebuah rumah kos di seputaran jalan Condong Catur, yang dimiliki oleh sepasang suami istri paruh baya. Kecuali masalah si Ibu Kos yang gayanya sedikit sangar dan galak, saya akui rumah kos tersebut cukup menyenangkan untuk ditempati. Bangunannya relatif baru, lokasinya pun strategis dengan harga sewa yang terjangkau oleh budget Bapak saya yang pas-pasan.
Nah ketenaran Ibu Kos dengan kegalakannya sebenarnya seimbang dengan kehebatannya dalam memasak. Saya akui cita rasa makanan buatannya cukup lezat dan pas bagi lidah saya. Dalam satu kesempatan, dan sepertinya merupakan kesempatan satu-satunya, saat putra bungsunya diwisuda maka Ibu Kos pun mengundang kami dalam pesta selamatan sederhana yang diadakan di rumahnya. Untuk memudahkan anda membayangkan bentuknya maka rumah kos ini berbentuk huruf U dengan sebuah ruangan besar di bagian tengah U sebagai tempat tinggal pemilik kos. Dari acara itu saya tahu, masakan andalan beliau adalah fu yung hai, bronkos daging dengan buncis dan mie goreng. Momen makan gratis seperti ini terus terang selalu ditunggu oleh kami semua, para anak kos yang berkantong pas-pasan.
Selama acara berlangsung si Ibu pun berjalan mondar-mandir seakan mengecek porsi makanan di piring kami. Walau rasa-rasanya saya ingin menumpuk mie goreng di piring hingga setinggi gunung Fuji, namun tatapan angker Ibu Kos membuat saya 'jeper' juga. "Bagaimana rasa masakan Ibu"?!Gelegar pertanyaan Ibu Kos membuat saya hampir tersedak sendok. Ibu Kos memang terkenal selalu berbicara dengan suara yang lantang dan keras. Seakan sebuah paduan suara yang kompak maka puja dan puji akan kelezatan masakan beliau ramai-ramai kami tebarkan ke udara. "Wah, masakan Ibu memang tidak ada duanya," atau "Ini fu yung hai terenak yang pernah saya makan Bu," atau "Kalau Ibu buka restoran pasti laris manis!" Pujian setinggi langit ini bukan tanpa maksud, selain membuat kami bisa menambah porsi makan hingga dua kali lipat tanpa risiko dipelototi dan dicap rakus, juga untuk membangun harapan agar diundang lagi dalam acara makan berikutnya, di lain kesempatan yang entah kapan datangnya. ^_^
Ibu Kos pun terlihat tersenyum, dan wajahnya yang selalu merengut mendadak menjadi cerah."Karena kalian suka dengan masakan Ibu, bagaimana kalau Ibu buka warung makan di depan kos? Daripada kalian capek-capek harus beli makan jauh-jauh kan"? Saya langsung berhenti mengunyah dan melirik ke beberapa teman yang duduk tak jauh dari situ. Semua terdiam, tidak tahu harus berkomentar apa tapi saya tahu apa yang berkecamuk di dalam kepala mereka. Tinggal di kos yang pemiliknya membuka warung sama artinya dengan bencana! Karena jika dagangannya tidak dibeli Ibu Kos pasti akan kesal hatinya. Namun kalau harus terus-terusan membeli bagaimana jika mulut ini dilanda rasa bosan akan makanan yang itu-itu saja? Atau harganya lebih mahal dibandingkan warteg tetangga? Benar-benar buah simalakama.
Kangkung |
Udang kupas |
Anyway busway, bulan berikutnya si Ibu pun membuka warung tepat di depan pintu gerbang kos. Menu andalan beliau apalagi kalau bukan mie goreng dan fu yung hai. Hari pertama, minggu pertama dan bulan pertama sejak beliau membuka warung itu kualitas masakannya masih terjaga, variasinya pun lumayan banyak walau kalau dibandingkan dari sisi harga lebih mahal dibandingkan warung lainnya. Bulan kedua, variasi masakan mulai berkurang jauh, beberapa anak kos pun mulai berhenti membeli di warung tetapi saya termasuk yang masih tetap setia walau mulai merasa bosan. Mendekati akhir bulan kedua, mie goreng andalan yang cukup saya sukai mendadak mengalami perubahan. Sayuran yang umum digunakan sebagai campuran mie seperti kol, sawi, dan wortel berubah menjadi bayam. Ibu Kos pun gencar memberikan sosialisasi bahwa mie goreng bayam lebih sedap rasanya dan sehat. Usut punya usut ternyata bayam-bayam yang digunakan adalah bayam kampung yang banyak tumbuh di pelataran halaman kos! Wah ini sih alasan pengehematan, gosip kami setiap kali membicarakan warung kos.
Walau mie bayam buatan Ibu Kos rasanya menurut saya cukup enak namun tekstur bayam yang empuk lama-lama membuat eneg. Puncaknya saat teman kampus saya, Novi, berkunjung ke kamar kos saya, dia menolak mentah-mentah mie goreng bayam yang menjadi andalan warung Ibu Kos."Apaan sih ini Ndang? Mie goreng pakai bayam kayanya gak oke banget rasanya. Aneh"!Komentarnya. "Masa sih Nop"? Gumam saya sambil tetap menyendokkan mie ke dalam mulut. Kadang-kadang indra perasa saya sering tidak berfungsi terutama saat perut terasa lapar, sehingga rasa makanan hanya ada dua: enak dan enak sekali. Entah karena sugesti akibat mendengar pendapat Novi, atau memang saya sudah dalam taraf super eneg, di bulan ketiga saya pun berhenti membeli di warung tersebut. Tampang Ibu Kos yang selalu merengut tampak semakin tidak sedap saat kami berpapasan, namun kami tetap tidak perduli. Di bulan ke-empat warung pun tutup dengan sukses ketika hampir sembilan puluh persen anak-anak kos tidak ada yang membeli di sana. Bagi saya sendiri, ada satu kenangan yang tertinggal di dalam benak setiap kali teringat dengan mie goreng bayam, yaitu rasa eneg yang menyesakkan perut. ^_^
Kembali ke spaghetti goreng yang kali ini saya posting. Menambahkan kangkung ke dalam pasta bukan menjadi maksud saya untuk mengulang memori lama akan mie goreng bayam. Kebetulansekantung kecil kangkung telah lama mendekam di kulkas, selain itu saya suka dengan tekstur kangkung yang cruncy dan 'krenyes-krenyes'. Jika anda penggemar mie kangkung yang cukup terkenal di Jakarta, maka anda pasti tahu bahwa mie dan kangkung merupakan kolaborasi yang sedap. Masakan satu ini terbuat dari mie rebus dengan potongan ayam dan kangkung di dalamnya,saya pernah menampilkan resepnya sebelumnya di JTT, silahkan klik pada link di bawah. Kunci utama memasak kangkung adalah jangan menumisnya terlalu lama hingga kangkung menjadi terlalu lunak. Ketika sayuran ini terlihat layu di dalam tumisan bumbu, segera masukkan spaghetti dan campur dengan baik. Kangkung akan melanjutkan pengempukannya di dalam masakan yang panas.
Selain kangkung saya menggunakan jamur champignon di dalam kaleng, dan udang kupas. Tentu saja bahan-bahan ini tidak pakem, anda bisa menggantinya dengan aneka sayuran di kulkas atau bahkan bayam, jika anda berminat untuk mencobanya. Proteinnya selain udang, anda bisa menggunakan irisan daging ayam, cincangan daging sapi atau aneka seafood lainnya. Selebihnya maka membuat spaghetti goreng ini sangatlah mudah. Berikut resep dan prosesnya ya!
Mie Kangkung - Mie Kuah yang Segar dan Sehat
Spaghetti Goreng dengan Kangkung, Jamur dan Udang
Resep hasil modifikasi sendiri
Untuk 3 porsi
Tertarik dengan resep berbahan pasta lainnya? Silahkan klik link di bawah ini:
Spaghetti Casserole - Kenyang, Lezat, Puas!
Spaghetti Meatballs
Angel Hair dengan Saus Seafood
Bahan:
Tertarik dengan resep berbahan pasta lainnya? Silahkan klik link di bawah ini:
Spaghetti Casserole - Kenyang, Lezat, Puas!
Spaghetti Meatballs
Angel Hair dengan Saus Seafood
Bahan:
- 200 gram udang kupas, bisa diganti dengan irisan ayam, daging sapi cincang, irisan sosis atausmoked beef
- 6 buah jamur champignon kaleng, iris tipis. Bisa diganti dengan jamur segar dan jenis jamur lainnya
- 1 batang daun bawang rajang halus
- 1/2 buah paprika merah, potong kotak kecil
- 1/2 buah paprika hijau, potong kotak kecil
- 2 buah cabai hijau besar, buang bijinya dan rajang halus
- 1 ikat kangkung, ambil bagian pucuk muda dan daunnya saja
- 400 gram spaghetti yang sudah direbus hingga al dente
Bumbu:
- 1 sendok makan minyak untuk menumis
- 5 siung bawang putih, cincang halus
- 1/2 sendok teh merica bubuk
- 1 sendok makan saus tiram
- 3 sendok makan kecap manis
- 2 sendok makan saus tomat botolan
- 1 sendok makan saus sambal botolan
- 2 sendok makan saus tomat botolan
- 1 sendok makan saus sambal botolan
- 1 sendok teh garam, tambahkan jika kurang asin
Pelengkap:
- keju cheddar parut secukupnya (optional)
Siapkan semua bahan. Rebus spaghetti hingga al dente, alias pas keempukannya, jangan terlalu lunak dan jangan pula terlalu keras. Siangi kangkung, ambil pucuk dan batang muda serta daunnya saja. Cuci bersih. Sisihkan.
Siapkan panci, atau wajan lebar. Panaskan 1 sendok makan minyak, tumis bawang putih hingga harum dan matang, aduk-aduk selama bawang ditumis, gunakan api sedang saja. Jaga jangan sampai bawang menjadi gosong.
Masukkan udang, tumis hingga berubah warnanya, tambahkan irisan jamur, aduk dan masak hingga air di dalam tumisan menyusut. Masukkan saus tiram, kecap manis, merica dan garam, aduk hingga rata.
Masukkan udang, tumis hingga berubah warnanya, tambahkan irisan jamur, aduk dan masak hingga air di dalam tumisan menyusut. Masukkan saus tiram, kecap manis, merica dan garam, aduk hingga rata.
Masukkan semua sisa bahan lainnya kecuali spaghetti, aduk hingga kangkung dan sayuran lainnya layu. Jangan berlebihan memasak sayuran, jika telah layu maka sayur telah cukup ditumis.
Masukkan spaghetti rebus, aduk rata dan masak selama 1 atau 2 menit hingga semua bahan matang dan bumbu meresap. Cicipi rasanya, sesuaikan garam dan kecap manis. Angkat.
Masukkan spaghetti rebus, aduk rata dan masak selama 1 atau 2 menit hingga semua bahan matang dan bumbu meresap. Cicipi rasanya, sesuaikan garam dan kecap manis. Angkat.
Sajikan panas-panas dan taburkan keju cheddar parut secukupnya jika suka. Super yummy!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar